Jumat, 10 Juni 2011

Temporo Mandibular Joint (TMJ)

BAB I
PENDAHULUAN
     1. 1   Latar Belakang
Dislokasi mandibula adalah suatu gangguan yang terjadi karena pergeseran sendi. penderita dengan gangguan ini akan merasa tidak nyaman walaupun gangguan ini jarang disertai dengan rasa sakit yang hebat.
Dislokasi dapat terjadi satu sisi (unilateral) atau dua sisi (bilateral) dan dapat bersifat akut atau emergensi, kronis atau long-standing serta kronis yang bersifat rekuren yang dikenal dengan dislokasi habitual, sehingga penderita akan mengalami kelemahan yang sifatnya abnormal dari kabsula pendukung dan Ligamen.
            Dislokasi didefinisikan sebagai pergerakan kondilus kearah depan dari eminensia artiklare yang memerlukan beberapa bentuk manipulasi untuk mereduksinya, dislokasi berbeda dengan subluksasi dimana pasien dapat mengembalikan kondilus ke dalam fosa secara normal.
Pada sebagian besar kasus, dislokasi terjadi secara spontan saat membuka mulut terlalu lebar, misalnya menguap, berteriak, makan, bernyanyi atau pada saat perawtan gigi. Penderita dengan fosa mandibula yang dangkal dan kepala kondilus tidak berkembang dengan baik, merupakan factor predisposisi terjadinya dislokasi. Dislokasi dapat pula terjadi pada saat manipulasi airway dalam tindakan anesthesia, dan pada kasus trauma pada rahang yang umumnya terjadi oleh karena kekuatan benturan kearah bawah dari mandibula pada saat membuka mulut sebagian.

     1.2  Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi skull pada kasus dislokasi Temporomandibular joint (TMJ) ?
2.      Bagaimana criteria gambar yang dihasilkan melalui pemeriksaan skull pada kasus dislokasi temporomandibular joint (TMJ) ? 
    1.3  Tujuan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan tujuan penulisan makalah ini mendaji dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1   Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami teknik pemeriksaan radiografi skull terutama pada kasusu dislokasi temporomandibular joint (TMJ).
1.3.2 Tujuan Khusus
1.      Mengetahui posisi pasien dan persiapan lainnya yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan raddiografi skull pada kasus dislokasi temporomandibular joint (TMJ);
2.      Memahami criteria gambaran radiograf yang tepat pada pemerikasaan dislokasi temporomandibular joint (TMJ).
    1.4   Manfaat Penulisan
Manfaat penyusunan makalah ini adalah :
1.      Memberikan gambaran mengenai pemeriksaan radiograf skull pada kasus dislokasi temporomandibular joint (TMJ);
2.      Memberikan pemahaman tentang criteria gambaran radiograf.
1.5                    Sistimatika Penulisan
BAB I      penulis mencantumkan tentang pendahuluan yang berisikan tentang latar belakng, tujuan penulisan, rumusan masalah, pembatasan masalah serta sistimatika penulisan.
BAB II    berisikan kajian yang mnyelaskan mengenai Anatomy Temporomandibular Joint (TMJ), Definisi dislokasi Temporomandibularjoint (TMJ), Etiologi dan Parofisiologi dislokasi temporomandibular joint (TMJ).
BAB III terdapat pembahasan yang menjelaskan tentag Teknik Pemeriksaan radiogradi pada kasus dislokasi temporo mandibula joint.
BAB IV penutup yang berisikan kesimpulan dari pembahasan makalah serta saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi semua pemb


BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1  Anatomi Temporomandibular Joint (TMJ)
Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah persendiaan dari kondilus mandibula dengan fossa gleinodalis dari tulang temporal. Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya dibawah depan telinga. 
Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci. Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan disfungsi temporomandibular. Salah satu gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan menutup. Bunyi ini disebut dengan clicking yang seringkali, tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari adanya kelainan sendi temporomandibular. 



Susunan anatomi normal dari Temporomandibula joint ini dibentuk oleh bagian – bagian: 
Gambar 1. Anatomy Temporo Mandibular Joint
1.      Fossa glenoidalis,
2.      Prosesus kondiloideus 
3.      Ligamen 
4.      Rongga Synovial 
5.      Diskus artikularis 

1.      Fossa Glenoidalis atau fossa mandibularis dari tulang temporal. Bagian anterior berhubungan dengan eminensia artikularis, merupakan artikulasi dari fossa glenoidalis. Bagian posterior dari fossa glenoidalis merupakan dataran tympani dari tulang temporal.
2.       Prosesus kondiloideus dari tulang mandibula. Merupakan tulang yang berbentuk elips yang mempunyai kepala dan leher. 
3.      Ligamen. Fungsi dari ligamen yang membentuk Temporomandibula joint ini adalah sebagai alat untuk menghubungkan tulang temporal dengan prosesus kondiloideus dari tulang mandibula serta membatasi gerak mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan ke samping, dan gerakan lain. Ligament yang menyusun temporomandibula joint terdiri dari : 
a.       Ligamen temporo mandibular 
b.      Ligamen spheno mandibular 
c.       Ligamen stylo mandibular 
4.      Rongga Synovial. Terdiri dari dua bagian yaitu bagian superior dan bagian inferior. Fungsi dari rongga synovial ini adalah menghasilkan cairan pelumas yang berguna untuk pergerakan sendi. 
5.      Diskus Artikularis. Merupakan tulang fibro kartilago di dalam persendian temporomandibular yang terletak di antara prosesus kondiloideus dan fossa glenoidalis. Diskus Artikularis ini merupakan bantalan tulang rawan yang tidak dapat menahan sinar x sahingga gambarannya radiolusen. 

Pergerakan temporomandibula joint ini dibagi menjadi dua gerak utama yaitu : 
     a.       Gerak Rotasi 
Ketika caput processus condylaris bergerak pivot dalam kompartemen sendi bagian bawah dalam hubungannya dengan discus articularis. 
     b.      Gerak meluncur atau translasi 
Dimana caput mandibula dan discus articularis bergerak disepanjang permukaan bawah Os. Temporale pada kompartemaen sendi bagian atas. Kombinasi gerak sendi dan meluncur diperlukan agar cavum oris dibuja lebar – lebar. Gerak sendi pada individu dewasa yang normal mempunyai kisaran 20 – 25mm antara gigi geligi anterior atas dan bawah. Bila dikombinasikan dengan gerak meluncur kisaran gerak membuka mulut yang normal akan meningkat menjadi 35 – 45mm7. 
     2.1  Definisi DisklokasiTemporomandibular Joint (TMJ)
Dislokasi temporomandibular joint (TMJ) adalah suatu gangguan yang terjadi karena pergeseran sendi antara tulang temporang dengan tulang rahang (mandibula).

     2.3  Etiologi dan Patofisiologi
2.3.1        Patofisiologi Dislokasi Temporomandibular Joint (TMJ)
Dislokasi dari temporomandibularjoint (TMJ) seringkali timbul dan disebabkan oleh hipermobilitas dari mandibula. Subluxation (dislokasi parsial dari sendi) menyebabkan pemindahan dari kondilus, biasanya tidak membutuhkan pengelolaan medis. Kondisi yang lebih serius timbul ketika kondilus mandibula bertranslasi ke anterior di depan articular eminence dan terkunci pada posisi itu. Dislokasi dapat terjadi secara unilateral atau bilateral dan dapat timbul secara spontan ketika mulut membuka secara lebar, seperti pada saat menguap, makan atau pada saat prosedur perawatan gigi. Dislokasi dari kondilus mandibula yang bertahan lebih dari beberapa detik biasanya akan menyebabkan sakit dan biasanya juga menimbulakn kejang otot parah.
      Dislokasi dapat diatasi sesegera mungkin. Pengurangannya dilakukan dengan membuat tekanan kebawah pada gigi posterior dan tekanan ke atas pada dagu, disertai dengan displacement/pemindahan pada posterior mandibula. Pengurangan ini biasanya juga tidak sulit.
2.3.2        Etiologi Dislokasi
a)      Pasien mempunyai fosa mandibular yang dangkal serta kondilus yang tidak berkembang dengan baik;
b)      Anatomi yang abnormal serta kerusakan dari stabilisasi ligament yang akan mempunyai kecenderungan untuk terjadi kembali (rekuren);
c)      Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlalu lama;
d)     Kelemahan kapsuler yang dihubungkan dengan subluksasi kronis;
e)      Diskoordinasi otot-otot karena pemakaian obat-obatan atau gnagguan neurologis.
Dislokasi kronis rekuren berhubungan dengan kelemahan kapsula dan ligament yang diakibatkan oleh penyembuhan yang tidak adekuat dari penyakit degenerative, hipermobiliti serta adanya trama dan oklusal disharmoni, yang akan menyebabkan spasme dari oto-otot masetter dan pterygoid lateralis. Problem emosional dan gangguan neurofisiologi adalah factor lain yang berhubungan.

BAB III
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SKULL PADA PASIEN DISKLOKASI TEMPOROMANDIBULAR JOINT
     3.1  Indikasi Pemeriksaan
Berhubung materi kali ini adalah pemeriksaan radiograpy pada kasus dislokasi temporomandibular joint, maka dapat disimpulkan indikasi atau tujuan umum dilakukannya pemeriksaan radiografi untuk menegakkan diagnose akibat terjadinya dislokasi TMJ
     3.2  Persiapan Pasien dan Persiapan Alat
a.       Persiapan Pasien
·   Melepaskan benda-benda logam yang dikenakan pasien di daerah yang akan diperiksa seperti : Perhiasan – perhiasan logam atau piercing agar  tidak merusak gambar radiografi.
·   Mempersilahkan pasien untuk mengganti pakaian yang dikenakan dengan baju khusus yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b.      Persiapan Alat
·   Persiapan pada alat atau bahan yang akan digunakan pada saat pemeriksaan radiografi antara lain :
·   Pesawat sinar – X (factor eksposisi : kV, mA, S dan kondisi pesawat)
·   Kaset dan film yang sesuai dengan daerah yang akan diperiksa ( untuk pemeriksaan dislokasi TMJ digunakan ukuran 18 cm x 24cm )
·   Market (pemberi tanda R : Right, L : Left)
·   Alat fiksasi ( mencegah pergerakan objek seperi : sand bag, spoon, dsb)
     3.1  Teknik Pemeriksaan
3.3.1        Proyeksi AP Axial (Modified Towne Methode)
a.       Posisi Pasien          : Posisikan pasien dipposisi supine atau erect.
b.      Posisi Objek          :
·   Tempatkan pertengan kaset pada MSP (Mid Sagital Plane)
·   Letakkan lengan diposisi nyaman;
·   Atur bagu agar posisinya sama;
·   Atur kepala True AP maka MSP sejajar dengan IR;
·   Fleksikan leher agar orbitomeatal line tegak lurus dengan film.
c.       Central Ray (CR)   : Arahkan sinar ke caudal dengan sudut 350
d.      Central Point (CP)  : 3 inci atau 7,5 cm diatas nasion
e.       FFD                        : 100 cm
f.       Kriteria gambar       :
·  Kepala tidak mengalami rotasi.
· Tampak gambaran axial dari procesus condyloid dan mandibula fossae;
· Condilus dan temoromandibular joint (TMJ) terlihat pada pemeriksaan open mouth.






Terjadi sedikit superposisi oleh condilus pada pemeriksaan close mouth.




g.      Hasil foto AP Axial

3.3.2        Proyeksi Axiolateral Oblique (Modiifed Law Methode)
a.       Posisi Pasien :
·   Posisi semi prone khusus digunakan pada pasien yang tidak dapat berbaring dengan posisi prone.
·   Atau Erect
b.      Posisi Objek :
·   Letakkan sisi lateral kepala menempel permukaan meja / bucky dengan bagian yang akan diperiksa berada dekat dengna IR. Tubuh di obliquekan untuk membuat pasien bias senyaman mungkin.
·   Atur MSP pararel dengan permukaan meja / bucky. Dari posisi lateral, oblique-kan wajah pasien 150 terhadap IR. Hindari tilting dengan mengatur interpupilari line tegak lurus pemukaan meja/ bucky.
·   Atur dagu agar IOML tegak lurus pada tepi depan IR.
c.       Central Ray (CR)                         : Arahkan sinar ke caudad 150
d.      Central Point (CP)            : 1 inchi posteriot dan 1 inchi superior MAE yang jauh dari IR.
e.       FFD                                  : 100 cm
f.       Kriteria gambar                :
·   Memperlihatkan struktur tulang yang dekat dengan IR seperti TMJ.
·   Tampak gambaran mastoid air cell


g.      Hasil foto Proyeksi Axiolateral Obliqe

BAB IV
PENUTUP
     4.1  Simpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini antara lain kita sebagai mahasiswa calon radiographer mengetahui teknik pemeriksaan yang khususu digunakan untuk pemeriksaan radiografi pada penderita dislokasi temporomandibular joint (TMJ). Selain itu mahasiswa mengetahui perbedaan antara criteria gambar pada proyeksi AP Axial dengan Proyeksi Axiolateral Oblique.
Pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnose pada kasus dislokasi temporomandibular joint (TMJ) adalah Proyeksi AP Axial dan Proyeksi Axiolateral Oblique. Sehingga nantinya setelah terjun di dunia kerja mahasiswa dapat mengaplikasikan Proyeksi tersebut kepada pasien penderita dislokasi temporomandibular joint (TMJ) dengan baik dan benar.

4.2  Saran
               Beberapa saran yang ingi kami utarakan selaku mahasiswa antara lain agar di waktu mendatang dosen pengajar Teknik Radiograpy Dasar (TRD) II dapat membimbing mahasiswa untuk menerapkan teknik pemeriksaan radiography skull pada kasus dislkasi temporomandibula joint dengan baik dan benar. Sehingga dengan praktek yang benar diharapkan nantinya saat diaplikasikan di dunia kerja mahasiswa sudah fasih dengan penggunaan teknik Pemeriksaan AP Axial dan Axiolateral Oblique pada penderita dislokasi temporomandibular joint (TMJ).

DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar