Sabtu, 14 Januari 2012

Deteksi Dini Kanker Prostat

Kanker Prostat adalah kanker biasanya berkembang lambat dan gejala sering tidak muncul selama bertahun-tahun. Jika kanker ini tertangkap pada tahap awal, mungkin ada tanpa gejala nyata. Beberapa orang, bagaimanapun, akan mengalami gejala yang dapat menunjukkan adanya KANKER PROSTAT. Ini mungkin termasuk:
 
Kebutuhan untuk sering kencing, terutama pada malam hari mulai buang air kecil Kesulitan urin lemah atau terputus Sakit aliran atau sensasi terbakar selama kencing Kesulitan memperoleh ereksi Nyeri saat ejakulasi Darah dalam urin atau air mani Berulang sakit atau kekakuan di bawah belakang, pinggul, atau paha atas Kadang-kadang gejala pertama akan punggung bawah, pinggul atau nyeri panggul yang disebabkan oleh kanker yang telah menyebar.
Adalah penting untuk menyadari bahwa gejala dari kedua pembesaran jinak dari kelenjar prostat (yaitu non-kanker) dan tumor ganas (kanker) yang serupa dan mungkin termasuk salah satu dari gejala berikut:
 
Kesulitan buang air kecil Sering buang air kecil mulai, terutama pada malam hari selama Darah Nyeri buang air kecil dalam urin Juga, pria di atas 50 tahun sering memiliki kelenjar prostat yang membesar karena kondisi non-kanker dari benign prostatic hyperplasia (BPH), atau hipertrofi.
Oleh karena itu jika Anda melihat salah satu gejala di atas adalah penting bahwa Anda melihat dokter Anda dan minta mereka diselidiki. Tetapi perhatikan bahwa pembesaran prostat sebagian besar tidak karena kanker dan teratur dapat ditangani dengan cukup efektif.
 
DIAGNOSIS DINI KANKER PROSTAT Kanker prostat sering dapat ditemukan pada tahap awal dengan menguji jumlah antigen prostat spesifik (PSA) dalam darah. Kanker prostat juga dapat dideteksi dini oleh dokter Anda melakukan pemeriksaan dubur digital (DRE). Karena kelenjar prostat terletak dekat dengan rektum, dokter fisik dapat mendeteksi jika ada tanda-tanda kanker pada prostat Anda.
Sayangnya tes PSA dan DRE tidak benar-benar akurat dan meyakinkan. Hal ini dapat menyebabkan kegelisahan dan kebingungan, atau bahkan rasa aman palsu. Jadi hal-hal penting untuk dipertimbangkan adalah usia, Kesehatan umum dan gaya hidup Anda. Jika Anda masih muda dan mengembangkan kanker prostat, jika tidak tertangkap cukup dini, bisa mempersingkat hidup Anda. Namun jika Anda lebih tua atau dalam kesehatan yang buruk, maka kanker prostat mungkin tidak pernah menjadi masalah serius karena lambat tumbuh sifatnya.
 
Para American Cancer Society merekomendasikan bahwa laki-laki dimulai memiliki antigen prostat (PSA) tes darah khusus dan pemeriksaan dubur digital (DRE) setiap tahun dari usia 50. Mereka yang berisiko tinggi, seperti Afrika Amerika dan mereka dengan kerabat dekat yang menderita kanker prostat pada usia dini dianjurkan untuk memulai pengujian di 45.

Prognosis untuk penderita kanker prostat telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Dalam dua puluh tahun terakhir tingkat kelangsungan hidup keseluruhan untuk semua tahap kanker prostat telah meningkat dari 67% menjadi 97%. Jadi laki-laki lebih hidup secara signifikan lebih lama setelah diagnosis. Kemungkinan semua ini adalah karena program deteksi dini, peningkatan kesadaran masyarakat, khususnya gejala kanker prostat, dan adopsi gaya hidup sehat.

Teknik Radiografi COR Analisa

1. DEFINISI
Pemeriksaan secara radiologi untuk menilai kemungkinan kelainan pada jantung dengan menggunakan media kontras positif.
 
2. FUNGSI
• Diagnosis anatomi
• Diagnosis fisiologi (keras denyutan, ritme/irama, denyutan abnormal)
• Fungsional capacity
• Upaya menetapkan etiologi penyakit

3. INDIKASI
• Pembesaran ventrikel
• Pembesaran atrium
• Mitral/bikuspidalis stenosis
• Mitral/bikuspidal defect
• Inter ventrikel defect
• Inter atrium defect
• Mitral / trikuspidal insufficiency

4. KONTRA INDIKASI
• Kondisi umum pasien jelek
• Sensitif terhadap bahan media kontras
• Adanya komplikasi perforasi pada oesophagus yang tidak diketahui sebelumnya

5. PROSEDUR COR ANALYSA
5.1 Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus pada pasien hanya berupa penjelasan tentang prosedur COR Analisa.

5.2 Alat dan Bahan
• Pesawat + fluoroskopi
• Baju pasien
• Gonad shield
• Kaset + film ukuran 35 x 35 cm
• Grid
• X-ray marker
• Tissue / kertas pembersih
• Bahan kontras
• Air masak
• Sendok/sedotan
• BaSO4 : Air = 3 : 1 – 4 : 1

5.3 Proyeksi Pemotretan

a. Proyeksi PA
PA dengan 6 feet = (teleroentgenogram) untuk maksimalkan magnifikasi 5-10%

Posisi Pasien
Sedapat mungkin dalam posisi erect

Posisi Obyek
• Tepi IR pada jarak 5 cm di atas shoulder joint
• Kedua dorsum manus endorotasi diletakkan di atas SIAS
• Siku didorong ke depan

Central Ray
Tegak lurus terhadap IR

Central Point
Pada MSP setinggi Thoracal 6-7

FFD
180 cm
Expose pada saat tahan nafas setelah menelan barium pekat

Kriteria Radiografi
• Tampak gambaran oesophagus terisi barium yang overlapping dengan gambaran jantung
• Tidak ada rotasi dari tubuh, kedua sternoclavicular joint simetris
• Seluruh thorax tercover pada film
• Eksposi cukup mampu menunjukkan struktur oesophagus dan jantung
• Gambaran tajam pada tepi menunjukkan tidak ada pergerakan obyek

b. Proyeksi PA OBLIQUE (RAO dan LAO)

Posisi Pasien
Sedapat mungkin dalam posisi erect

Posisi Obyek
• Tepi atas IR pada jarak 5 cm diatas shoulder joint
• Tubuh diatur oblique dengan midaxillary plane membentuk sudut 45˚- 55˚ sisi tubuh kanan depan menempel pada film (RAO)
• Tubuh diatur oblique dengan midaxillary plane membentuk sudut 45˚- 55˚ sisi tubuh kiri depan menempel pada film (LAO)
• Tangan kanan diatur pada hip di belakang tubuh, tangan kiri berpegang pada atas kaset, shoulder pada ketinggian yang sama (RAO)
• Tangan kiri diatur pada hip di belakang tubuh, tangan kanan berpegang pada atas kaset, shoulder pada ketinggian yang sama (LAO)
• Tidak ada rotasi pada kepala

Central Ray
Tegak lurus terhadap IR

Central Point
Pada jarak 7 cm lateral kiri MSP setinggi Thoracal 6-7 (RAO)
Pada jarak 7 cm lateral kanan MSP setinggi Thoracal 6-7 (LAO)

FFD
180 cm
Expose pada saat tahan nafas setelah menelan barium pekat

Kriteria Radiografi
• Tampak gambaran oesophagus terisi barium berada diantara c. v. vertebra Thoracal dan jantung
• Seluruh thorax tercover pada film
• Eksposi cukup mampu menunjukkan struktur oesophagus dan jantung
• Gambaran tajam pada tepi menunjukkan tidak ada pergerakan obyek

c. Proyeksi AP OBLIQUE (RPO dan LPO)

Posisi Pasien
Sedapat mungkin dalam posisi erect

Posisi Obyek
• Tepi atas IR pada jarak 5 cm diatas shoulder joint
• Tubuh diatur oblique dengan midaxillary plane membentuk sudut 45˚- 55˚ sisi tubuh kanan belakang menempel pada film (RPO)
• Tubuh diatur oblique dengan midaxillary plane membentuk sudut 45˚- 55˚ sisi tubuh kiri belakang menempel pada film (LPO)
• Tangan kanan diangkat semaksimal mungkin dan diletakkan di atas kepala, tangan kiri diatur pada hip di belakang tubuh, shoulder pada ketinggian yang sama (RPO)
• Tangan kiri diangkat semaksimal mungkin dan diletakkan di atas kepala, tangan kanan diatur pada hip di belakang tubuh, shoulder pada ketinggian yang sama (LPO)
• Tidak ada rotasi pada kepala

Central Ray
Tegak lurus terhadap IR

Central Point
Pada jarak 7 cm lateral kiri MSP setinggi Thoracal 6-7 (RPO)
Pada jarak 7 cm lateral kanan MSP setinggi Thoracal 6-7 (LPO)

FFD
180 cm
Expose pada saat tahan nafas setelah menelan barium pekat

Kriteria Radiografi
• Tampak gambaran oesophagus terisi barium berada diantara c. v. vertebra Thoracal dan jantung
• Seluruh thorax tercover pada film
• Eksposi cukup mampu menunjukkan struktur oesophagus dan jantung
• Gambaran tajam pada tepi menunjukkan tidak ada pergerakan obyek

d. Proyeksi Lateral

Posisi Pasien
Sedapat mungkin dalam posisi erect

Posisi Obyek
• Tepi atas IR berjarak 5 cm di atas shoulder joint
• Tubuh diatur true lateral, kedua tangan bertemu di atas kepala
• Tidak ada rotasi dari kepala

Central Ray
Tegak lurus terhadap IR

Central Point
Pada midaxillary line setinggi Thoracal 6-7

FFD
180 cm
Expose pada saat tahan nafas setelah menelan barium pekat

Kriteria Radiografi
• Tampak gambaran oesophagus terisi barium berada di pertengahan lapangan paru
• Seluruh thorax tercover pada film
• Eksposi cukup mampu menunjukkan struktur oesophagus dan jantung
• Gambaran tajam pada tepi menunjukkan tidak ada pergerakan obyek

Oleh Wira Hadi Kusuma, ST

Jumat, 10 Juni 2011

Temporo Mandibular Joint (TMJ)

BAB I
PENDAHULUAN
     1. 1   Latar Belakang
Dislokasi mandibula adalah suatu gangguan yang terjadi karena pergeseran sendi. penderita dengan gangguan ini akan merasa tidak nyaman walaupun gangguan ini jarang disertai dengan rasa sakit yang hebat.
Dislokasi dapat terjadi satu sisi (unilateral) atau dua sisi (bilateral) dan dapat bersifat akut atau emergensi, kronis atau long-standing serta kronis yang bersifat rekuren yang dikenal dengan dislokasi habitual, sehingga penderita akan mengalami kelemahan yang sifatnya abnormal dari kabsula pendukung dan Ligamen.
            Dislokasi didefinisikan sebagai pergerakan kondilus kearah depan dari eminensia artiklare yang memerlukan beberapa bentuk manipulasi untuk mereduksinya, dislokasi berbeda dengan subluksasi dimana pasien dapat mengembalikan kondilus ke dalam fosa secara normal.
Pada sebagian besar kasus, dislokasi terjadi secara spontan saat membuka mulut terlalu lebar, misalnya menguap, berteriak, makan, bernyanyi atau pada saat perawtan gigi. Penderita dengan fosa mandibula yang dangkal dan kepala kondilus tidak berkembang dengan baik, merupakan factor predisposisi terjadinya dislokasi. Dislokasi dapat pula terjadi pada saat manipulasi airway dalam tindakan anesthesia, dan pada kasus trauma pada rahang yang umumnya terjadi oleh karena kekuatan benturan kearah bawah dari mandibula pada saat membuka mulut sebagian.

     1.2  Identifikasi masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi skull pada kasus dislokasi Temporomandibular joint (TMJ) ?
2.      Bagaimana criteria gambar yang dihasilkan melalui pemeriksaan skull pada kasus dislokasi temporomandibular joint (TMJ) ? 
    1.3  Tujuan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan tujuan penulisan makalah ini mendaji dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1   Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami teknik pemeriksaan radiografi skull terutama pada kasusu dislokasi temporomandibular joint (TMJ).
1.3.2 Tujuan Khusus
1.      Mengetahui posisi pasien dan persiapan lainnya yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan raddiografi skull pada kasus dislokasi temporomandibular joint (TMJ);
2.      Memahami criteria gambaran radiograf yang tepat pada pemerikasaan dislokasi temporomandibular joint (TMJ).
    1.4   Manfaat Penulisan
Manfaat penyusunan makalah ini adalah :
1.      Memberikan gambaran mengenai pemeriksaan radiograf skull pada kasus dislokasi temporomandibular joint (TMJ);
2.      Memberikan pemahaman tentang criteria gambaran radiograf.
1.5                    Sistimatika Penulisan
BAB I      penulis mencantumkan tentang pendahuluan yang berisikan tentang latar belakng, tujuan penulisan, rumusan masalah, pembatasan masalah serta sistimatika penulisan.
BAB II    berisikan kajian yang mnyelaskan mengenai Anatomy Temporomandibular Joint (TMJ), Definisi dislokasi Temporomandibularjoint (TMJ), Etiologi dan Parofisiologi dislokasi temporomandibular joint (TMJ).
BAB III terdapat pembahasan yang menjelaskan tentag Teknik Pemeriksaan radiogradi pada kasus dislokasi temporo mandibula joint.
BAB IV penutup yang berisikan kesimpulan dari pembahasan makalah serta saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi semua pemb


BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1  Anatomi Temporomandibular Joint (TMJ)
Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah persendiaan dari kondilus mandibula dengan fossa gleinodalis dari tulang temporal. Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya dibawah depan telinga. 
Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci. Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan disfungsi temporomandibular. Salah satu gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan menutup. Bunyi ini disebut dengan clicking yang seringkali, tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari adanya kelainan sendi temporomandibular. 



Susunan anatomi normal dari Temporomandibula joint ini dibentuk oleh bagian – bagian: 
Gambar 1. Anatomy Temporo Mandibular Joint
1.      Fossa glenoidalis,
2.      Prosesus kondiloideus 
3.      Ligamen 
4.      Rongga Synovial 
5.      Diskus artikularis 

1.      Fossa Glenoidalis atau fossa mandibularis dari tulang temporal. Bagian anterior berhubungan dengan eminensia artikularis, merupakan artikulasi dari fossa glenoidalis. Bagian posterior dari fossa glenoidalis merupakan dataran tympani dari tulang temporal.
2.       Prosesus kondiloideus dari tulang mandibula. Merupakan tulang yang berbentuk elips yang mempunyai kepala dan leher. 
3.      Ligamen. Fungsi dari ligamen yang membentuk Temporomandibula joint ini adalah sebagai alat untuk menghubungkan tulang temporal dengan prosesus kondiloideus dari tulang mandibula serta membatasi gerak mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan ke samping, dan gerakan lain. Ligament yang menyusun temporomandibula joint terdiri dari : 
a.       Ligamen temporo mandibular 
b.      Ligamen spheno mandibular 
c.       Ligamen stylo mandibular 
4.      Rongga Synovial. Terdiri dari dua bagian yaitu bagian superior dan bagian inferior. Fungsi dari rongga synovial ini adalah menghasilkan cairan pelumas yang berguna untuk pergerakan sendi. 
5.      Diskus Artikularis. Merupakan tulang fibro kartilago di dalam persendian temporomandibular yang terletak di antara prosesus kondiloideus dan fossa glenoidalis. Diskus Artikularis ini merupakan bantalan tulang rawan yang tidak dapat menahan sinar x sahingga gambarannya radiolusen. 

Pergerakan temporomandibula joint ini dibagi menjadi dua gerak utama yaitu : 
     a.       Gerak Rotasi 
Ketika caput processus condylaris bergerak pivot dalam kompartemen sendi bagian bawah dalam hubungannya dengan discus articularis. 
     b.      Gerak meluncur atau translasi 
Dimana caput mandibula dan discus articularis bergerak disepanjang permukaan bawah Os. Temporale pada kompartemaen sendi bagian atas. Kombinasi gerak sendi dan meluncur diperlukan agar cavum oris dibuja lebar – lebar. Gerak sendi pada individu dewasa yang normal mempunyai kisaran 20 – 25mm antara gigi geligi anterior atas dan bawah. Bila dikombinasikan dengan gerak meluncur kisaran gerak membuka mulut yang normal akan meningkat menjadi 35 – 45mm7. 
     2.1  Definisi DisklokasiTemporomandibular Joint (TMJ)
Dislokasi temporomandibular joint (TMJ) adalah suatu gangguan yang terjadi karena pergeseran sendi antara tulang temporang dengan tulang rahang (mandibula).

     2.3  Etiologi dan Patofisiologi
2.3.1        Patofisiologi Dislokasi Temporomandibular Joint (TMJ)
Dislokasi dari temporomandibularjoint (TMJ) seringkali timbul dan disebabkan oleh hipermobilitas dari mandibula. Subluxation (dislokasi parsial dari sendi) menyebabkan pemindahan dari kondilus, biasanya tidak membutuhkan pengelolaan medis. Kondisi yang lebih serius timbul ketika kondilus mandibula bertranslasi ke anterior di depan articular eminence dan terkunci pada posisi itu. Dislokasi dapat terjadi secara unilateral atau bilateral dan dapat timbul secara spontan ketika mulut membuka secara lebar, seperti pada saat menguap, makan atau pada saat prosedur perawatan gigi. Dislokasi dari kondilus mandibula yang bertahan lebih dari beberapa detik biasanya akan menyebabkan sakit dan biasanya juga menimbulakn kejang otot parah.
      Dislokasi dapat diatasi sesegera mungkin. Pengurangannya dilakukan dengan membuat tekanan kebawah pada gigi posterior dan tekanan ke atas pada dagu, disertai dengan displacement/pemindahan pada posterior mandibula. Pengurangan ini biasanya juga tidak sulit.
2.3.2        Etiologi Dislokasi
a)      Pasien mempunyai fosa mandibular yang dangkal serta kondilus yang tidak berkembang dengan baik;
b)      Anatomi yang abnormal serta kerusakan dari stabilisasi ligament yang akan mempunyai kecenderungan untuk terjadi kembali (rekuren);
c)      Membuka mulut yang terlalu lebar atau terlalu lama;
d)     Kelemahan kapsuler yang dihubungkan dengan subluksasi kronis;
e)      Diskoordinasi otot-otot karena pemakaian obat-obatan atau gnagguan neurologis.
Dislokasi kronis rekuren berhubungan dengan kelemahan kapsula dan ligament yang diakibatkan oleh penyembuhan yang tidak adekuat dari penyakit degenerative, hipermobiliti serta adanya trama dan oklusal disharmoni, yang akan menyebabkan spasme dari oto-otot masetter dan pterygoid lateralis. Problem emosional dan gangguan neurofisiologi adalah factor lain yang berhubungan.

BAB III
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SKULL PADA PASIEN DISKLOKASI TEMPOROMANDIBULAR JOINT
     3.1  Indikasi Pemeriksaan
Berhubung materi kali ini adalah pemeriksaan radiograpy pada kasus dislokasi temporomandibular joint, maka dapat disimpulkan indikasi atau tujuan umum dilakukannya pemeriksaan radiografi untuk menegakkan diagnose akibat terjadinya dislokasi TMJ
     3.2  Persiapan Pasien dan Persiapan Alat
a.       Persiapan Pasien
·   Melepaskan benda-benda logam yang dikenakan pasien di daerah yang akan diperiksa seperti : Perhiasan – perhiasan logam atau piercing agar  tidak merusak gambar radiografi.
·   Mempersilahkan pasien untuk mengganti pakaian yang dikenakan dengan baju khusus yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b.      Persiapan Alat
·   Persiapan pada alat atau bahan yang akan digunakan pada saat pemeriksaan radiografi antara lain :
·   Pesawat sinar – X (factor eksposisi : kV, mA, S dan kondisi pesawat)
·   Kaset dan film yang sesuai dengan daerah yang akan diperiksa ( untuk pemeriksaan dislokasi TMJ digunakan ukuran 18 cm x 24cm )
·   Market (pemberi tanda R : Right, L : Left)
·   Alat fiksasi ( mencegah pergerakan objek seperi : sand bag, spoon, dsb)
     3.1  Teknik Pemeriksaan
3.3.1        Proyeksi AP Axial (Modified Towne Methode)
a.       Posisi Pasien          : Posisikan pasien dipposisi supine atau erect.
b.      Posisi Objek          :
·   Tempatkan pertengan kaset pada MSP (Mid Sagital Plane)
·   Letakkan lengan diposisi nyaman;
·   Atur bagu agar posisinya sama;
·   Atur kepala True AP maka MSP sejajar dengan IR;
·   Fleksikan leher agar orbitomeatal line tegak lurus dengan film.
c.       Central Ray (CR)   : Arahkan sinar ke caudal dengan sudut 350
d.      Central Point (CP)  : 3 inci atau 7,5 cm diatas nasion
e.       FFD                        : 100 cm
f.       Kriteria gambar       :
·  Kepala tidak mengalami rotasi.
· Tampak gambaran axial dari procesus condyloid dan mandibula fossae;
· Condilus dan temoromandibular joint (TMJ) terlihat pada pemeriksaan open mouth.






Terjadi sedikit superposisi oleh condilus pada pemeriksaan close mouth.




g.      Hasil foto AP Axial

3.3.2        Proyeksi Axiolateral Oblique (Modiifed Law Methode)
a.       Posisi Pasien :
·   Posisi semi prone khusus digunakan pada pasien yang tidak dapat berbaring dengan posisi prone.
·   Atau Erect
b.      Posisi Objek :
·   Letakkan sisi lateral kepala menempel permukaan meja / bucky dengan bagian yang akan diperiksa berada dekat dengna IR. Tubuh di obliquekan untuk membuat pasien bias senyaman mungkin.
·   Atur MSP pararel dengan permukaan meja / bucky. Dari posisi lateral, oblique-kan wajah pasien 150 terhadap IR. Hindari tilting dengan mengatur interpupilari line tegak lurus pemukaan meja/ bucky.
·   Atur dagu agar IOML tegak lurus pada tepi depan IR.
c.       Central Ray (CR)                         : Arahkan sinar ke caudad 150
d.      Central Point (CP)            : 1 inchi posteriot dan 1 inchi superior MAE yang jauh dari IR.
e.       FFD                                  : 100 cm
f.       Kriteria gambar                :
·   Memperlihatkan struktur tulang yang dekat dengan IR seperti TMJ.
·   Tampak gambaran mastoid air cell


g.      Hasil foto Proyeksi Axiolateral Obliqe

BAB IV
PENUTUP
     4.1  Simpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini antara lain kita sebagai mahasiswa calon radiographer mengetahui teknik pemeriksaan yang khususu digunakan untuk pemeriksaan radiografi pada penderita dislokasi temporomandibular joint (TMJ). Selain itu mahasiswa mengetahui perbedaan antara criteria gambar pada proyeksi AP Axial dengan Proyeksi Axiolateral Oblique.
Pemeriksaan yang digunakan untuk menegakkan diagnose pada kasus dislokasi temporomandibular joint (TMJ) adalah Proyeksi AP Axial dan Proyeksi Axiolateral Oblique. Sehingga nantinya setelah terjun di dunia kerja mahasiswa dapat mengaplikasikan Proyeksi tersebut kepada pasien penderita dislokasi temporomandibular joint (TMJ) dengan baik dan benar.

4.2  Saran
               Beberapa saran yang ingi kami utarakan selaku mahasiswa antara lain agar di waktu mendatang dosen pengajar Teknik Radiograpy Dasar (TRD) II dapat membimbing mahasiswa untuk menerapkan teknik pemeriksaan radiography skull pada kasus dislkasi temporomandibula joint dengan baik dan benar. Sehingga dengan praktek yang benar diharapkan nantinya saat diaplikasikan di dunia kerja mahasiswa sudah fasih dengan penggunaan teknik Pemeriksaan AP Axial dan Axiolateral Oblique pada penderita dislokasi temporomandibular joint (TMJ).

DAFTAR PUSTAKA



BASIS CRANII (Dasar Tengkorak











Jumat, 03 Juni 2011

Ultrasonografi (USG)

 BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ultrasonografi (USG) merupakan suatu prosedur diagnosis yang digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari gelombang Doppler, yang pemeriksaannya dilakukan diatas permukaan kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound didalam jaringan.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk endeteksi berbagai kelainan yang ada pada abdomen, otak, kandung kemih, jantung, ginjal, hepar, uterus atau pelvis. Selain itu USG juga dpaat digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor. Pada kehamilan cairan amnion dapat menambah refleksi gelombang suara dari plasenta dan fetus sehingga dapat mengidentifikasi ukuran, bentuk dan posisi, kemudian dapat mendeteksi pankreas, limpa, tiroid dan lain-lain.
1.2  Tujuan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan tujuan penulisan makalah ini menajdi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
1.2.1   Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami tentang pesawat radiologi Ultrasonografi (USG)
1.2.2   Tujuan Khusus
a.       Mengetahui pengertian Ultrasonografi (USG);
b.      Mengetahui Skema cara kerja Ultrasonografi (USG);
c.       Mengetahui jenis pemeriksaan Ultrasonografi (USG);
d.      Mengetahui kelebihan dan kekurangan Ultrasonografi (USG);
e.       Mengetahui Tips untuk melakukan Ultrasonografi dari (Dr. Judi Januadi Endjun, SpOG).
1.3  Manfaat penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah :
a.       Memberikan pemahaman tentang Ultrasonografi;



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz - 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor Pada awalnya penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekitar tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan sinyal gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan komputer pada pertengahan 1990 jelas sangat membantu teknologi ini. Gelombang ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut, pertama, gelombang akan diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan gambar akan terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri dari transduser penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimensi. Seperti inilah hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat ini.
Ultrasonography adalah salah satu dari produk teknologi medical imaging yang dikenal sampai saat ini Medical imaging (MI) adalah suatu teknik yang digunakan untuk mencitrakan bagian dalam organ atau suatu jaringan sel (tissue) pada tubuh, tanpa membuat sayatan atau luka (non-invasive). Interaksi antara fenomena fisik tissue dan diikuti dengan teknik pendeteksian hasil interaksi itu sendiri untuk diproses dan direkonstruksi menjadi suatu citra (image), menjadi dasar bekerjanya peralatan MI.

2.2  Tujuan persiapan USG
Tujuan USG adalah untuk membantu mendiagnosis perkembangan janin pada setiap trimester. Hal itu sangat ditekankan oleh dr. Rudiyanti, Sp.OG. Dijelaskan olehnya, pada kehamilan trimester pertama tujuan USG adalah meyakinkan adanya kehamilan, menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi, menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan kelainan bawaan, menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada kehamilan muda (misalnya kehamilan ektopik), menentukan lokasi janin apakah di dalam atau di luar rahim, menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung atau pergerakan janin, dan mendiagnosis adanya janin kembar.
Sedangkan di trimester kedua dan ketiga adalah untuk menilai jumlah air ketuban, menentukan kondisi plasenta, menentukan ukuran janin, memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya, menentukan letak janin apakah sungsang atau terlilit tali pusat, serta untuk melihat kemungkinan adanya tumor.

2.3  Persiapan alat dan bahan
Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga tetap baik. Hidupkan peralatan USG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan tersebut. Panduan pengoperasian peralatan USG sebaiknya diletakkan di dekat mesin USG, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat ketidaktahuan operator USG.
Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan yang terlalu naik-turun akan membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang stabilisator tegangan listrik dan UPS.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan semua peralatan dengan hati-hati, terutama pada transduser (penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak transduser (informasi ini dapat diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin USG).
Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan dan bersihkan kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah semua rapih, tutuplah mesin USG dengan plastik penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah mesin USG dari siraman air atau zat kimia lainnya.
Agar alat ini tidak mudah rusak, tentukan seseorang sebagai penanggung jawab pemeliharaan alat tersebut.

2.4  Persiapan Pemeriksaan Lingkungan
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung dengan pasien, setelah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung tangan, telah terbukti dapat mencegah penyebaran infeksi. Epidemi HIV telah menjadikan pencegahan infeksi kembali menjadi perhatian utama, termasuk dalam kegiatan pemeriksaan USG dimana infeksi silang dapat saja terjadi. Kemungkinan penularan infeksi lebih besar pada waktu pemeriksaan USG transvaginal karena terjadi kontak dengan cairan tubuh dan mukosa vagina.
Resiko penularan dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan ringan. Resiko penularan tinggi terjadi pada pemeriksaan USG intervensi (misalnya punksi menembus kulit, membran mukosa atau jaringan lainnya); peralatan yang dipakai memerlukan sterilisasi (misalnya dengan autoklaf atau etilen oksida) dan dipergunakan sekali pakai dibuang.
Resiko penularan sedang terjadi pada pemeriksaan USG yang mengadakan kontak dengan mukosa yang intak, misalnya USG transvaginal; peralatan yang dipakai minimal memerlukan sterilisasi tingkat tinggi (lebih baik bila dilakukan sterilisasi).
Resiko penularan ringan ter adi pada pemeriksaan kontak langsung dengan kulit intak, misalnya USG transabdominal; peralatan yang dipakai cukup dibersihkan dengan alkohol 70% (sudah dapat membunuh bakteri vegetatif, virus mengandung lemak, fungisidal, dan tuberkulosidal) atau dicuci dengan sabun dan air
2.1  Persiapan Pasien
Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, ia sudah harus memperoleh informasi yang cukup mengenai pemeriksaan USG yang akan dijalaninya. Informasi penting yang harus diketahui pasien adalah harapan dari hasil pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi pasien) dan berapa biaya pemeriksaan.
Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa juga melalui penjelasan secara langsung oleh dokter sonografer atau sonologist. Sebelum melakukan pemeriksaan USG, pastikan bahwa pasien benar-benar telah mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan USG atas dirinya.
Bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal, tanyakan kembali apakah ia seorang nova atau nyonya?, jelaskan dan perlihatkan tentang pemakaian kondom yang baru pada setiap pemeriksaan (kondom penting untuk mencegah penularan infeksi).
Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang sebanyak dua buah, hal ini penting untuk mencegah penyebaran infeksi.
Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa USG bukanlah suatu alat yang dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini untuk menghindarkan kesalahan harapan dari pasien. Sering terjadi bahwa pasien mengeluh "Kok sudah dikomputer masih juga tidak diketahui adanya cacat bawaan janin atau ada kista indung telur?” USG hanyalah salah satu dari alat bantu diagnostik didalam bidang kedokteran. Mungkin saja masih diperlukan pemeriksaan lainnya agar diagnosis kelainan dapat diketahui lebih tepat dan cepat.

2.6  Persiapan Pemeriksa
Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat pengajuan pemeriksaan USG, apa indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena bersifat darurat gawat, misalnya pasien dengan kecurigaan kehamilan ektopik. Tanyakan apakah ia seorang nyonya atau nona, terutama bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal.
Selanjutnya cocokkan identitas pasien, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik yang ada; kemudian berikan penjelasan dan ajukan persetujuan lisan terhadap tindak medik yang akan dilakukan.
Persetujuan tindak medik yang kebanyakan berlaku di Indonesia saat ini hanyalah bersifat persetujuan lisan, kecuali untuk tindakan yang bersifat invasif misalnya kordosintesis atau amniosintesis.
Dimasa mendatang tampaknya pemeriksaan USG memerlukan persetujuan tertulis dari pasien. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mencegah penularan penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS dan penyakit menular seksual akibat semakin banyaknya seks bebas dan pemakaian narkoba.
Pemeriksa diharapkan juga agar selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara membaca kembali buku teks atau literatur-literatur mengenai USG, mengikuti pelatihan secara berkala dan mengikuti seminar-seminar atau pertemuan ilmiah lainnya mengenai kemajuan USG mutakhir. Kemampuan diagnostik seorang sonologist sangat ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman dan latihan yang dilakukannya
2.7  Skema cara kerja USG
1.      Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
2.      Monitor
Monitor yang digunakan dalam USG
3.      Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU.
2.8  Jenis Pemeriksaan USG
1.      USG 2 Dimensi

                Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian  besar keadaan janin dapat ditampilkan.



2.      USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).


3.      USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.

4.      USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi:
·         Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).
·         Tonus (gerak janin).
·         Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
·         Doppler arteri umbilikalis.
·         Reaktivitas denyut jantung janin.



2.9  Manfaat USG
Trimester I
·         Memastikan hamil atau tidak.
·         Mengetahui keadaan janin, lokasi hamil, jumlah janin dan tanda kehidupannya.
·         Mengetahui keadaan rahim dan organ sekitarnya.
·         Melakukan penapisan awal dengan mengukur ketebalan selaput lendir, denyut janin, dan sebagainya.
Trimester II:
·         Melakukan penapisan secara menyeluruh.
·         Menentukan lokasi plasenta.
·         Mengukur panjang serviks.
Trimester III:
·         Menilai kesejahteraan janin.
·         Mengukur biometri janin untuk taksiran berat badan.
·         Melihat posisi janin dan tali pusat.
·         Menilai keadaan plasenta.

2.10        Kelebihan USG
a.       Tidak Terjadi Efek Samping
Yang harus dipahami, USG tidak menggunakan radiasi, tapi gelombang suara yang relatif aman selama dilakukan oleh seorang yang ahli. Namun harus diingat, USG hanyalah alat bantu yang tidak tertutup kemungkinan memberikan informasi yang kurang tepat. Alat USG maksimal digunakan selama 30 menit dan bayi harus dalam keadaan diam. Bila bergerak, bisa jadi gambarnya hilang dari layar komputer, sehingga harus diulang lagi. Lebih dari itu, dikhawatirkan terjadi pemanasan yangg akan merusak sel janin. Alat ini menggunakan gelombang suara dan menghasilkan energi, besarnya tidak boleh lebih dari 100 miliwattjoule/cm persegi. Kalau melebihi akan timbul efek pemanasan, lama-lama cairan sitoplasma akan menimbulkan gelembung udara yang disebabkan pemanasan. Karena sel ini tertutup, maka gelembung udara akan saling mendesak. Akhirnya sel tersebut bisa pecah, dan mati. Coba bayangkan misalnya yang kena adalah sel di pusat mata, pusat intelektual atau pusat perilaku, tentu risiko yang ditimbulkan sangat besar. Namun hingga kini, belum pernah ada bayi yang terlahir cacat karena efek USG selama masa kehamilan.
b.      Bisa Mendeteksi  Kanker Payudara
USG tidak melulu berkaitan dengan dunia kebidanan dan kandungan. USG juga dapat digunakan untuk memeriksa adanya kelainan khususnya di payudara. USG ini hanya bisa digunakan untuk wanita berusia muda dimana jaringan payudaranya masih padat.
Bila timbul kelainan seperti benjolan, dengan USG payudara akan segera terdeteksi apakah ada kelainan termasuk tumor ganas atau sebaliknya. Sedangkan, bagi wanita di atas usia 40 tahun ke atas untuk mendeteksi adanya kelainan atau gangguan di sekitar payudara jauh lebih baik dilakukan mamografi (pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar x) karena payudaranya mempunyai jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglanduler yang relatif lebih sedikit.

2.11        Kekurangan USG
a.       Tidak 100% Akurat
Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak 100%, melainkan 80%. Artinya, kemungkinan ada kelainan bawaan/kecacatan pada janin yang tidak terdeteksi atau interpretasi kelamin janin yang tidak tepat. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
v  Keahlian/kompetensi dokter yang memeriksanya.
Tak semua dokter ahli kandungan dapat dengan baik mengoperasikan alat USG.Sebenarnya untuk pengoperasian alat ini diperlukan sertifikat tersendiri.
v  Posisi bayi
Posisi bayi seperti tengkurap atau meringkuk juga menyulitkan daya jangkau/daya tembus alat USG. Meski dengan menggunakan USG 3 atau 4 Dimensi sekalipun, tetap ada keterbatasan.
v  Kehamilan kembar
Kondisi hamil kembar juga menyulitkan alat USG melihat masing-masing keadaan bayi secara detail.
v  Ketajaman/resolusi alat USG-nya kurang baik.
v  Usia kehamilan di bawah 20 minggu.
v  Air ketuban sedikit.
v  Lokasi kelainan, seperti tumor di daerah perut janin saat usia kehamilan di bawah 20 minggu agak sulit dideteksi.

2.12        TIPS UNTUK MELAKUKAN USG (Dr. Judi Januadi Endjun, SpOG):
1.      USG minimal dilakukan 2 kali selama masa kehamilan
2.      Lakukan pemeriksaan USG pada dokter yang kompeten
3.      Keuntungan lain dengan USG 3D-4D gambar dapat direkam dalam bentuk CD-ROM dimana animasi disimpan dalam format jpg dan bisa dilihat di komputer, tidak hanya dicetak seperti hasil USG 2D selama ini.
4.      USG 3D-4D ini paling ideal bila dilakukan pada janin yang berumur 24-28 minggu, dimana air ketuban masih cukup sehingga muka bayi dapat terlihat.
5.      Pada trimester pertama dan USG dilakukan tidak dengan USG transvaginal, dianjurkan untuk mengosongkan kandung kemih kira-kira satu jam sebelum pemeriksaan kemudian minum 2-3 gelas, jadi diperlukan kandung kemih cukup penuh. Beda dengan USG transvaginal, kandung kemih harus dalam keadaan kosong.
6.      USG aman selama dilakukan oleh ahli yang kompeten.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi (250 kHz - 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor Pada awalnya penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekitar tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.




DAFTAR PUSTAKA